-
Cara-cara menanggulangi penyakit atau
gangguan pada sistem pernapasan:
·
Tuberkulosis (TBC), Aroma mengkudu memang tak sedap sehingga banyak
orang menjauhinya. Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang mematikan itu juga
menghindar. Mungkin bukan karena aroma itu, tetapi lantaran si noni menyimpan
senjata andalan bernama antrakuinon dan akubin. Kedua senyawa itu bersifat
antibakteri sehingga makhluk liliput penyebab penyakit tuberkulosis pun
bertekuk lutut.
Dalam pengobatan, mengkudu Morinda citrifolia
dipadukan dengan rimpang jahe Zingiber officinalis. Duet buah dan rimpang itu
tokcer mengatasi serangan bakteri yang pertama kali ditemukan pada 24 Maret
1882 itu. Ampuhnya obat itu dibuktikan secara klinis.
·
Kanker paru-paru, Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa
kanker paru antara lain adalah foto X-Ray, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Halus,
Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan
cara-cara seperti.
a. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru – kadang
melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah
bening yang terkena kanker.
b. Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas
tinggi untuk membunuh sel kanker.
c.
Kemoterapi
d. Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang
bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita.
·
Emfisema, Ekspectoran dan Mucolitik merupakan usaha untuk
mengeluarkan dan mengurangi mukus merupakan yang utama dan penting pada
pengelolaan emfisema paru. Ekspectoran dan mucolitik yang biasa dipakai adalah
bromheksin dan karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi.
Asetil sistein selain bersifat mukolitik juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan yang disebabkan oleh oksidans (2,9).
Asetil sistein selain bersifat mukolitik juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan yang disebabkan oleh oksidans (2,9).
·
Influenza (flu), cara yang cukup efektif untuk mencegah serangan
flu. Yakni dengan vaksin influenza. Sayangnya, kurangnya sosialisasi dari
pemerintah dan edukasi dari petugas medis menyebabkan vaksin itu kurang dikenal
secara luas oleh masyarakat.
·
Pneumonia, Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup
manjur mengatasi penumonia oleh bakteri, mikoplasma dan beberapa kasus
rickettsia. Untuk pneumonia oleh virus sampai saat ini belum ada panduan
khusus, meski beberapa obat antivirus telah digunakan. Kebanyakan pasien juga
bisa diobati dirumah. Biasanya dokter yang menangani peneumonia akan memilihkan
obat sesuai pertimbangan masing-masing, setelah suhu pasien kembali normal,
dokter akan menginstruksikan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Soalnya, seranganberikutnya bisa lebih berat dibanding yang pertama. Selain
antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan
pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Semua peralatan yang digunakan sebaiknya sekali pakai dan ruangan dibersihkan dengan menggunakan desinfektans yang mengandung antibakteri, antivirus dan antijamur. Pasien sebaiknya dijaga tidak banyak bergerak. Pasien maupun para petugas kesehatan yang menangani dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari penyebaran. Karena antibiotika berspekturm luas tidak menunjukkan efektifitas menangani SARS, WHO lebih menganjurkan untuk memanfaatkan suntikan intravena ribavirin dan steroid untuk menstabilkan kondisi pasien yang sudah kritis.
Semua peralatan yang digunakan sebaiknya sekali pakai dan ruangan dibersihkan dengan menggunakan desinfektans yang mengandung antibakteri, antivirus dan antijamur. Pasien sebaiknya dijaga tidak banyak bergerak. Pasien maupun para petugas kesehatan yang menangani dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sabun untuk menghindari penyebaran. Karena antibiotika berspekturm luas tidak menunjukkan efektifitas menangani SARS, WHO lebih menganjurkan untuk memanfaatkan suntikan intravena ribavirin dan steroid untuk menstabilkan kondisi pasien yang sudah kritis.
·
Asma, Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan
sesegera mungkin untuk membuka saluran pernapasan. Obat yang digunakan untuk
mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih
tinggi atau dalam bentuk yang berbeda. Agonis reseptor
beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup)
atau sebagai nebulizer (untuk sesak napas yang sangat berat). Nebulizer
mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu
larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Pengobatan
asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinephrine atau terbutaline
di bawah kulit dan aminophyllins theophylline) melalui infus
intravena.
Penderita
yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap
pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan corticosteroid, biasanya
secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada
serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga
diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena.
Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.
Selama suatu serangan
asma yang berat, dilakukan:
a.
pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam
darah
b.
pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer
atau peak flow meter)
c.
pemeriksaan rontgen dada.
-
Teknologi yang berkaitan dengan sistem
pernapasan :
·
Trakeotomi : Pembuatan lubang pada trakea untuk membantu memberikan
pernapasan bantuan. Trakeotomi biasanya dilakukan pada penderita dipteri akut
yang dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran pernapasannya.
·
Pulmotor : alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan
buatan biasanya dilakukan pada orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan
karena tenggelam dan shock karena sengatan listrik.
·
Spirometer : alat untuk mengukur secara langsung dan cepat
kemampuan paru-paru seseorang serta untuk keperluan diagnosa paru-paru yang
abnormal.
·
Oxygen catheter atau Oxygen cannula : alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen ke dalam
lubang hidung.
·
Intubasi endotrakea dan trakeostomi: Kedua
cara ini dilakukan untuk menjaga agar trakea tetap terbuka. Intubasi endotrakea
sering di lakukan terhadap pasien yang baru saja operasi.
·
Radiasi menggunakan sinar X: Penyinaran
bagian dalam (rontgen) sering di lakukan untuk mendiagnosis penyakit alat
pernapasan, misalnya kanker paru-paru.